Hari Aksara Internasional 2024: Mewujudkan Masyarakat Inklusif dan Beragam





Pada Hari Aksara Internasional tahun 2024, Indonesia mengusung tema "Penguatan Masyarakat yang Berkebinekaan dan Inklusif." Tema ini sangat penting mengingat masih banyaknya tantangan literasi di berbagai kalangan masyarakat. Walaupun kemajuan telah dicapai dalam menurunkan angka buta aksara, kita masih menghadapi berbagai persoalan terkait literasi, terutama dalam akses dan kualitas pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang terlibat dalam pendidikan kesetaraan dan pendidikan inklusif.

Kemajuan dalam Pemberantasan Buta Aksara
Data terbaru dari Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemdikbud Ristek RI menunjukkan bahwa angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan. Berdasarkan hasil survei Susenas tahun 2023, tingkat buta aksara untuk kelompok usia 15-50 tahun turun dari 1,51% pada tahun 2022 (sekitar 2.850.851 orang) menjadi 1,08% atau 1.958.659 orang pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan literasi berhasil memberikan dampak yang cukup signifikan, meskipun jalan menuju masyarakat yang sepenuhnya melek huruf masih panjang.

Problematika Literasi dan Numerasi
Meskipun angka buta aksara menurun, tantangan literasi di Indonesia masih sangat besar. Laporan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 menempatkan kemampuan membaca siswa Indonesia di peringkat ke-72 dari 79 negara. Ini menunjukkan bahwa banyak pelajar masih mengalami kesulitan dalam memahami bacaan, baik teks sederhana maupun yang lebih kompleks. Terutama di pendidikan kesetaraan, peserta didik Paket A, B, dan C sering kali mengalami hambatan dalam memahami materi pembelajaran karena keterbatasan kemampuan literasi dasar.

Kesenjangan literasi ini juga mengakibatkan rendahnya keterlibatan aktif dalam dunia kerja, sosial, dan ekonomi. Siswa yang gagal memahami informasi dengan baik tidak hanya terhambat dalam proses belajar, tetapi juga kurang mampu bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Literasi yang lemah juga memperparah ketimpangan sosial dan ekonomi di Indonesia.

Pesan Direktur PMPK kepada Satuan Pendidikan
Direktur PMPK Kemdikbud Ristek RI memberikan beberapa arahan penting kepada satuan pendidikan dalam rangka terus meningkatkan kualitas literasi di Indonesia:

1. Lanjutkan Implementasi Program Dekade Belajar
Satuan pendidikan di seluruh Indonesia diharapkan untuk terus melaksanakan program Dekade Belajar, yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi sepanjang hayat.

2. Perluasan Akses Pendidikan Berkualitas
Direktur juga menekankan pentingnya memastikan akses pendidikan berkualitas tersedia secara luas, khususnya bagi kelompok masyarakat yang belum terjangkau pendidikan formal, termasuk pendidikan khusus. Banyak anak usia sekolah yang masih belum memiliki akses ke pendidikan yang layak, baik mereka yang normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus.

3. Pengembangan Model Pembelajaran yang Inovatif dan Menyenangkan
Agar masyarakat lebih tertarik untuk belajar, perlu dikembangkan metode pembelajaran yang interaktif, menarik, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Sekolah dan lembaga pendidikan kesetaraan harus bisa menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mendidik, tetapi juga menyenangkan.

Dampak Rendahnya Literasi
Kemampuan literasi yang rendah berdampak luas dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang tidak mampu memahami teks dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi yang penting untuk kehidupannya, seperti instruksi pekerjaan, informasi kesehatan, atau hak-hak sebagai warga negara. Selain itu, literasi yang lemah membuat seseorang cenderung lebih sulit mendapatkan pekerjaan yang layak, yang pada gilirannya memperburuk ketimpangan ekonomi. Dalam konteks yang lebih luas, rendahnya literasi juga mengurangi kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses demokrasi.

Solusi Penguatan Literasi dan Numerasi
Dalam upaya memperkuat literasi dan numerasi di Indonesia, diperlukan kerja sama yang erat antara berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

Keluarga sebagai Basis Pendidikan Awal
Lingkungan keluarga memainkan peran kunci dalam membentuk minat baca anak. Orang tua harus mendorong budaya membaca di rumah dan memberikan akses kepada anak-anak terhadap buku atau bahan bacaan yang sesuai dengan usia dan minat mereka.

Sekolah sebagai Tempat Pembelajaran Utama
Sekolah harus mengembangkan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan terbiasa membaca serta menganalisis teks dengan baik. Pembelajaran berbasis proyek, membaca kritis, serta diskusi terbuka perlu diperbanyak agar siswa dapat mengembangkan kemampuan literasi yang lebih kuat.

Masyarakat sebagai Pendukung Pendidikan Literasi
Masyarakat juga harus berperan aktif dengan menyediakan fasilitas belajar, seperti taman baca dan perpustakaan umum, yang bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Program-program literasi yang melibatkan komunitas lokal akan sangat efektif dalam meningkatkan minat baca.

Pemerintah sebagai Penggerak Utama
Pemerintah perlu memperluas akses ke program-program literasi, terutama di wilayah-wilayah yang masih memiliki tingkat buta aksara tinggi. Selain itu, pemerintah juga harus mendukung pendidikan inklusif yang memberikan kesempatan setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Pendidikan Inklusif dan Alternatif
Pendidikan inklusif dan alternatif, seperti homeschooling dan pendidikan berbasis komunitas, harus terus dikembangkan agar lebih banyak anak yang memiliki akses ke pendidikan yang fleksibel dan berkualitas. Model pendidikan ini sangat penting bagi mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal karena berbagai alasan, termasuk kondisi geografis, ekonomi, atau kebutuhan khusus.

Hari Aksara Internasional 2024 menjadi pengingat penting bagi kita semua bahwa literasi adalah fondasi bagi masyarakat yang lebih sejahtera dan adil. Dengan melanjutkan upaya penguatan literasi melalui kerja sama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah, kita bisa mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih inklusif, beragam, dan literat. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga keterampilan untuk memahami dunia dan berpartisipasi aktif dalam membangun bangsa yang lebih baik.

Posting Komentar

0 Komentar

Edukasi Jakarta -
Edukasi Jakarta -
Edukasi Jakarta -